Kata Pengantar
Assalammualaikum
Wr. Wb.
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat hidayah dan ridha-Nya, penyusun dapat
menyelesaikan makalah Perekonomian Indonesia yang berjudul “Kebijakan Moneter”
dengan tepat waktu.
Makalah Kebijakan Moneter ini
disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Perekonommian Indonesia. Kami
menyusun makalah ini agar para pembaca mengerti makna dari Kebijakan Moneter. Kebijakan moneter merupakan proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan
tertentu.
Makalah ini akan membahas lebih mendalam tentang
kebijakan moneter dan apa akibatnya bila diambil kebijakan moneter. Kebijakan
moneter memiliki jenis-jenisnya dan dalam makalah ini akan dibahas secara
terperinci.
Keberhasilan makalah ini tidak lepas kerjasama anatara
teman-teman dan dosen mata kuliah ini. Penulis merasa makalah ini belum
sempurna oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar
makalah ini menjadi lebih sempurna. Semoga makalah kebijakan moneter ini sangat
berguna bagi para pembaca dan terutama mahasiswa jurusan Ekonomi.
Wassalammualaikum
Wr. Wb.
Depok, 1 April 2013
Penulis
Bab I
Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Permintaan uang memegang peranan penting
dalam perilaku kebijakan moneter di setiap perekonomian. Banyak literatur yang
telah memuat aspek teoritis maupun empiris tentang permintaan uang di negara-negara yang sudah maju maupun
negara-negara yang sedang berkembang. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan
moneter telah banyak mencapai tujuan-tujuan ekonomi. Friedman berpendapat bahwa
kebijakan moneter dapat memberikan kontribusi dalam mencapai stabilitas ekonomi
dengan mengendalikan besaran-besaran moneter dalam perekonomian (Catur Sugiyanto, 1995). Sejak muncul teori permintaan uang Klasik
hingga saat ini, perdebatan panjang dalam analisis ekonomi moneter telah
dipusatkan pada pertanyaan mengenai ”apakah
bentuk model yang cocok dan layak untuk mengamati perilaku permintaan uang
masyarakat?”. Isu ini menjadi sangat krusial karena perbedaan teori yang
dipilih oleh pengamat akan mengakibatkan perbedaan bentuk dan fungsi atau model
permintaan uang yang akan memberikan mekanisme ekonomi makro dan implikasi
kebijakan ekonomi yang berbeda pula (Smithhin,
1994; Laidler, 1997; Dekle dan Pradhan, 1997; Insukindro,
1998).
Analisis permintaan uang merupakan suatu
analisis besaran-besaran ekonomi yang dibutuhkan untuk mendukung suatu
kebijakan yang diambil oleh pemerintah dibidang moneter. Pemerintah, dalam hal
ini adalah Bank Indonesia dapat menempuh suatu kebijakan moneter yang bertujuan
untuk mencapai stabilitas moneter. Tujuan tersebut tercantum dalam pasal 7
Undang-undang Republik Indonesia No. 23
tahun 1999 yang sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 3 tahun 2004 tentang tujuan Bank Indonesia adalah mencapai
dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Amanat ini memberikan penjelasan peran
Bank Sentral dalam perekonomian, sehingga dalam pelaksanaan tugasnya Bank
Indonesia dapat lebih fokus dalam pencapaian "single objective"-nya.
Untuk mencapai target, khususnya kestabilan nilai rupiah dan umumnya kestabilan
ekonomi secara makro, Bank Indonesia melakukan kebijakan moneter dengan
berbagai intrumennya. Kemudian tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
diterjemahkan melalui Bank Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang
berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah serta mencabut,
menarik dan memusnahkan uang dari peredaran (pasal 20). Dalam hubungan tersebut
proses mengeluarkan (pengadaan) uang rupiah (supply) diawali terlebih
dahulu dengan mempertimbangkan estimasi tambahan permintaan (demand)
uang secara nasional. Hal tersebut sebenarnya yang menjadi fenomena moneter
untuk dikaji lebih dalam, sehingga estimasi supply
uang beredar (monetary target) dapat
ditentukan dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhan ekonomi tanpa mendistorsi
perekonomian.
Fenomena
moneter di Indonesia kaitannya dengan estimasi tambahan permintaan uang kartal
secara nasional tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan perkembangan kondisi
perekonomian dalam upaya memfasilitasi kegiatan ekonomi (money
endogeneity). Estimasi didekati dengan model currency outside banks (COB)
yang mengadopsi Error Correction Model (ECM) two-step Engle Granger.
Model ECM pada dasarnya merupakan suatu konsep model ekonometri-time series yang
berupaya untuk menyelaraskan kondisi jangka pendek (short run equilbrium)
dengan kondisi ekuilibrium jangka panjang (long run equilibrium) melalui
suatu proses penyesuaian. Sementara itu pemilihan variabel dari persamaan COB
lebih bersifat adhoc dan diasumsikan dipengaruhi oleh variabel
makroekonomi seperti PDB, inflasi, suku bunga dan nilai tukar (Bank Indonesia,
www.bi.go.id). Keterangan tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi kesalahan
dalam penentuan variabel makroekonomi dapat berdampak pada ketidakakuratan
estimasi permintaan uang di Indonesia, dan pada gilirannya hitungan penawaran
uang dalam perekonomian bisa tidak sesuai dengan kebutuhan ekonomi yang ada.
Permintaan uang yang dapat
dipresentasikan sebesar jumlah uang beredar, dengan asumsi perekonomian terjadi
keseimbangan mengalami perkembangan sesuai dengan berkembangnya
kebijakan-kebijakan pemerintah yang memungkinkan berkembangnya jenis tabungan
maupun jenis kredit. Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan
mendapatkan kredit dari perbankan sangat dipengaruhi oleh kemudahan dan
berbagai fasilitas yang ditawarkan dikalangan perbankan. Hal ini dimungkinkan
bila pemerintah juga turut campur tangan dalam berbagai kebijakan deregulasi
maupun regulasi bidang moneter khususnya dan ekonomi pada umumnya. Sejak
deregulasi dalam bidang keuangan, moneter dan perbankan di Indonesia yang
dimulai juni 1983 kebijakan Paket Juni dan kemudian dilanjutkan dengan
kebijakan Paket Oktotober 1988 memberi dampak pertumbuhan bank-bank baru dan
kantor-kantor cabang melonjak tajam. Kemudahan dalam perluasan jaringan dan
pendirian bank baru mengakibatkan jumlah bank yang beroperasi semakin banyak,
sehingga persaingan semakin ketat.
B. Rumusan
Masalah
1. Definisi
kebijakan moneter adalah?
2. Apa
Tujuan pengambilan kebijakan moneter?
3. Apa
saja instrument kebijakan moneter?
4. Jenis-jenis
kebijakan moneter?
Bab II
Pembahasan
A. Definisi
Kebijaka Moneter
Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan
yang diambil oleh pemerintah (Bank Sentral) untuk mempengaruhi situasi makro
yang dilaksanakan melalui pasar uang. Secara lebih khusus, kebijakan moneter
bisa diartikan sebagai suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah (Bank
Sentral) untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kebijakan moneter merupakan salah satu
kebijakan dibidang ekonomi yang sangat berperan untuk mengatur dan menjaga
stabilisasi ekonomi suatu Negara. Kebijakan ini lebih khusus mengatur tentang
pengendalian jumlah uang yang beredar.
Seperti kita ketahui, bidang keuangan di
Negara manapun sangat memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas
ekonomi, karena apabila jumlah uang yang beredar di suatu Negara jumlahnya
kurang maka Negara tersebut akan mengalami kelesuan ekonomi. Begitu juga sebaliknya
jika jumlah uang yang beredar melebihi kebutuhan maka akan terjadi inflasi.
Dengan demikian jelas bahwa untuk
menjaga kestabilan jumlah uang maka pepemerintah melalui bank sentral harus
berupaya senantiasa menjaga kestabilan moneter. Salah satu indicator
keberhasilan kebijakan moneter adalah adanya stabilitas ekonomi dan perbaikan
neraca pembayaran.
B. Tujuan
Kebijakan Moneter
Seperti telah disebutkan di atas bahwa
kebijakan moneter diantaranya dapat menciptakan peningkatan kesempatan kerja
dan semakin meningkatkan iklim usaha yang bergairah. Dengan demikian apabila
kita rinci lebih lanjut maka tujuan kebijakan moneter adalah sebagai berikut:
1. Menjaga
Stabilitas Ekonomi
Stabilitas
ekonomi akan tercapai apabila tercipta keadaan ekonoi yang stabil. Untuk
mewujudkan hal ini maka harus terwujud arus perputaran barang dan arus
perputaran uang yang berjalan secara seimbang dan terkendali. Dengan demikian
perlu adanya pengaturan jumlah uang yang beredar sesuai dengan kebutuhan oleh
bank sentral.
2. Menjaga
Kestabilan Harga
Jumlah
uanng yeng beredar di masyarakat sangat mempengaruhi tingkat harga-harga yang
berlaku. Dengan adanya pengaturan jumlah uang yang beredar oleh bank sentral,
maka tingkat harga dari waktu kewaktu relative akan terkendali. Jika keadaan harga
stabil, masyarakat akan percaya bahwa membeli barang sekarang akan sama dengan
membeli barang pada masa yang akan datang.
3. Meningkatkan
Kesempatan Kerja
Stabilitas
ekonomi yang baik akan mmendorong peningkatan jumlah investor untuk
mengembangkan investasi-investasi baru, yang akan membuka lapangan kerja baru
sehingga terjadi peningkatan kesempatan kerja. Stabilitas ekonomi tercapai
apabila pengaturan jumlah uang yang beredar dapat dikendalikan dengan baik oleh
bank sentral.
4. Memperbaiki
Neraca Perdagangan dan Pembayaran
Melalui
kebijakan moneter, pemerintah dapat memperbaiki neraca perdagangan luar negeri
menjadi surplus (ekspor lebih besar dari pada impor) atau minimal berimbang.
Bentuk kebijakan moneter pada permasalahan ini seperti pemerintah melakukan
devaluasi (menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing).
Dengan adanya devaluasi, diharapkan nilai ekspor kita meningkat dan berpengaruh
pada neraca perdagangan dan neraca pembayaran kea rah yang lebih baik.
C. Instrumen
Kebijakan Moneter
1. Politik
Diskonto (Discount Policy)
Politik diskonto adalah suatu kebijakan
yang dilakukan oleh bank sentral dengan menambah atau mengurangi jumlah uang
dengan cara menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga.
Jika bank sentral menaikkan suku bunga diharapkan
masyarakat tertarik untuk menyimpan uang di bank dengan demikian jumlah uannng
yang beredar berkurang. Selain itu kenaikan suku bunga tabungan akan
meningkatkan suku bunga kredit, dengan naiknya suku bunga kredit orang akan
enggan untuk mengajukan kredit.
Jika suku bunga turun, tentu keadaannya
mencerminkan keadaan bahwa di masyarakat julah uang harus ditambah. Dengan
bunga yang rendah masyarakat tidak tertarik untuk menabung dan suku bunga
kredit akan turun dan mengakibatkan masyarakat banyak tertarik untuk mengajukan
pinjaman ke bank. Dengan demikian jumlah uang yang beredar di masyarakat
bertambah. Penurunan suku bunga biasanya dilakukan pada saat perekonomian
mengalami kelesuan (resesi).
Efektivitas politik diskonto ini
mengalami beberapa hambatan ketika diterapkan di Negara-negara berkembang
disebabkan karena beberapa hal sebagai berikut:
a. Poltik
diskonto tidak merupakan kebijakan yang biasa dugunakan oleh bank-bank sentral
di Negara-negara berkembang.
b. Kelebihan
likuiditas yang biasanya dialami oleh bank-bank umum di Negara-negara sedang
berkembang menghalangi tumbuhnya kebijakan tersebut.
c. Dalam
keadaan tertentu bank-bank umum mungkin tidak diwajibkan untuk menaikkan
tingkat bunganya dan ini tidak berpengaruh terhadap biaya maupun tersedianya kredit.
d. Masih
banyaknya sector yang non-monetised di Negara-negara berkembang, mempunyai
pengaruh pada efektivitas politik diskonto, yang berarti akan menghambat
efektivitas politik diskonto tersebut.
Dari pengalaman yang ada menunjukkan
bahwa pengeluaran untuk investasi di Negara sedang berkembang paa umumnya
adalah inelastic terhadap tingkat suku bunga. Hal ini dapat dipahami denga melihat kenyataan
yang menunjukkan bahwa biaya untuk membayar bunga relative lebih kecil terhadap
biaya total untuk investasi di Negara sedang berkmebang.
2. Politik
Pasar Terbuka (Open market Policy)
Politik pasar terbuka adalah salah satu
kebijakan politik yang dilakukan oleh bank sentral dengan menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar yaitu dengan cara menjual atau membeli
surat-surat berharga. Jika bank sentral menjual surat berharga SBI (sertifikat
bank Indonesia) tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah uang yang beredar.
Dengan menjual SBI uang dari masyarakat akan tertarik masuk ke bank sehingga
diharapkan jumlah uang beredar berkurang. SBI hanya dijual oleh bank sentral.
Jika bank sentral melakukan pembelian surat-surat berharga (saham, obligasi,
dll) berarti bank sentral sedang melakukan penambahan jumlah uang yang beredar
di masyarakat.
Apabila kebijakan ini diterapkan di
Negara berkembang, keberhasilan operasi terbuka ini tergantung pada beberapa
factor, antara lain:
a. Pasar
surat-surat berharga pemerintah harus cukup luas, aktif, dan menyebar. Jika
tidak maka malah akan mengakibatkan ketidakstabilan pasar uang.
b. Kurang
menariknya surat-surat berharga yang dimiliki oleh bank sentral di
Negara-negara berkembang, sehingga akan mempengaruhi keefektivan bekerjanya
kebijakan operasi pasar terbuka ini.
c. Kebanyakan
bank-bank umum di Negara-negara sedang berkembang menjaga fluktuasi rasio uang
kas dengan deposito. Adakalanya rasio ini melebihi persyaratan minimum yang
diterapkan bank sentral. Sehingga dalam keadaan seperti ini kebijakan ini akan
tidak efektiv.
3. Kebijakan
Cadangan Kas (Cash Ratio)
Kebijakan cadangan kas adalah kebijakan
bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dengan
cara menaikkan atau mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikkan
atau menurunkan cadangan minimum yang harus dipenuhi oleh bank umum, dalam
mengedarkan atau memberikan kredit kepada masyarakat. Jika bank sentral
menaikkan cadangan kas berarti bank sentral ingin mengurangi jumlah uang yang
beredar. Hal ini terjadi karena dengan naiknya cadangan kas berarti bank umum
harus lebih banyak menambah uang tunai untuk tidak diedarkan.
Jika bank sentral menurunkan cadangan
kas, berarti bank sentral ingin menambah jumlah uang yang beredar. Dalam hal
ini bank-bank umum diberi kesempatan untuk dapat mengedarkan uang lebih banyak.
4. Kebijakan
Kredit Selektif
Kebijakan kredit selektif adalah
kebijakan pengetahuan jumlah uang yang beredar. Kredit selektif ini dilakukan
dengan cara menentukan syarat-syarat kredit yang dikenal dengan 5C, yaitu:
a. Character
b. Collateral
c. Capital
d. Capacity
e. Condition
of economy
Selain
kebijakan diatas ada beberapa kebijakan moneter yang dapat dilakukan pemerintah
seperti:
1. Devaluasi
Devaluasi adalah kebijakan bank sentral
untuk menurunkan nilai rupiah terhadap dollar.
2. Sanering
Kebijakan moneter yang dilakukan oleh
bank sentral dengan cara pengguntingan (pemotongan) uang. Hal ini dilakukan
untuk menyehatkan kembali nilai uang yang sudah jatuh. Pemerintah Indonesia
pernah melakukan kebijakan ini pada tahun 1
D.
Jenis-Jenis Kebijakan Moneter
Dalam
prakteknya, untuk menerapkan semua jenis kebijakan moneter alat utama yang
digunakan adalah memodifikasi jumlah uang primer yang beredar. Otoritas moneter
melakukan hal ini dengan membeli atau menjual aset keuangan (biasanya kewajiban
pemerintah). Ini operasi pasar terbuka berubah baik jumlah uang atau likuiditas
(jika bentuk cair kurang dari uang yang dibeli atau dijual). The multiplier
effect perbankan cadangan fraksional memperkuat dampak dari tindakan. transaksi
pasar Konstan oleh otoritas moneter memodifikasi pasokan mata uang dan ini
dampak variabel pasar lain seperti suku bunga jangka pendek dan nilai tukar.
1. Inflasi penargetan
Berdasarkan
pendekatan kebijakan target adalah untuk menjaga inflasi , di bawah sebuah
definisi tertentu seperti Indeks Harga Konsumen, dalam kisaran yang diinginkan.
Target inflasi ini dicapai melalui penyesuaian berkala kepada Bank Sentral suku
bunga target. Tingkat bunga yang digunakan adalah umumnya tingkat antar bank di
mana bank meminjamkan kepada satu sama lain semalam untuk keperluan arus kas.
Tergantung pada negara ini tingkat bunga tertentu yang bisa disebut uang bunga
atau sesuatu yang serupa.
Target
suku bunga dipertahankan untuk jangka waktu tertentu menggunakan operasi pasar
terbuka. Biasanya durasi bahwa target suku bunga dipertahankan konstan akan
bervariasi antara bulan dan tahun. Target suku bunga biasanya ditinjau secara
bulanan atau kuartalan oleh komite kebijakan.
Perubahan
target suku bunga dibuat sebagai tanggapan terhadap berbagai indikator pasar
dalam upaya untuk memperkirakan tren ekonomi dan dengan demikian pasar tetap pada
jalur untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan. Sebagai contoh, satu
metode sederhana inflation targeting disebut aturan Taylor menyesuaikan tingkat
suku bunga sebagai respon terhadap perubahan dalam tingkat inflasi dan
kesenjangan output . Aturan diusulkan oleh John B. Taylor dari Universitas
Stanford .
Penargetan
inflasi pendekatan untuk pendekatan kebijakan moneter ini dipelopori di
Selandia Baru. Hal ini saat ini digunakan di Australia , Brazil , Kanada ,
Chile , Kolombia , yang Republik Ceko , Selandia Baru , Norwegia , Islandia ,
Filipina , Polandia , Swedia , Afrika Selatan , Turki , dan Inggris .
a. Harga Penargetan Tingkat
Harga
penargetan tingkat mirip dengan inflation targeting kecuali bahwa pertumbuhan
CPI dalam satu tahun atas atau di bawah target tingkat harga jangka panjang
adalah offset pada tahun-tahun berikutnya sehingga tingkat harga yang
ditargetkan tercapai dari waktu ke waktu, misalnya lima tahun, memberikan
kepastian lebih lanjut tentang masa depan kenaikan harga kepada konsumen. Dalam
inflation targeting apa yang terjadi pada tahun-tahun terakhir segera tidak
diperhitungkan atau disesuaikan dalam tahun berjalan dan masa depan.
b. Agregat Moneter
Pada
1980-an, beberapa negara menggunakan pendekatan yang didasarkan pada
pertumbuhan konstan dalam jumlah uang beredar. Pendekatan ini disaring untuk
memasukkan kelas yang berbeda dari uang dan kredit (M0, M1 dll). Di Amerika
Serikat ini pendekatan kebijakan moneter dihentikan dengan pemilihan Alan
Greenspan sebagai Ketua Fed. Pendekatan ini juga kadang-kadang disebut
monetarisme . Sementara kebijakan yang paling moneter berfokus pada sinyal
harga satu bentuk atau lain, pendekatan ini difokuskan pada jumlah moneter.
2. Nilai Tukar Tetap
Kebijakan
ini didasarkan pada mempertahankan nilai tukar tetap dengan mata uang asing.
Ada berbagai tingkat nilai tukar tetap, yang dapat peringkat dalam kaitannya
dengan cara kaku kurs tetap adalah dengan bangsa jangkar.
Di
bawah sistem nilai fiat tetap, pemerintah daerah atau otoritas moneter
menyatakan nilai tukar tetap tetapi tidak aktif membeli atau menjual mata uang
untuk mempertahankan tingkat. Sebaliknya, tingkat dipaksakan
oleh-konvertibilitas tindakan-tindakan non (misalnya kontrol modal , impor /
lisensi ekspor, dll). Dalam hal ini ada tingkat pasar gelap tukar dimana
perdagangan mata uang pada pasar / nilai tidak resmi.
Di
bawah sistem fixed-konvertibilitas, mata uang dibeli dan dijual oleh bank
sentral atau otoritas moneter setiap hari untuk mencapai nilai tukar target.
Tingkat mungkin target tingkat tetap atau sebuah band tetap di mana nilai tukar
dapat berfluktuasi sampai otoritas moneter campur tangan untuk membeli atau
menjual yang diperlukan untuk mempertahankan nilai tukar dalam band. (Dalam
kasus ini, nilai tukar tetap dengan tingkat tetap dapat dilihat sebagai kasus
khusus dari kurs tetap dengan band-band di mana band-band yang diatur ke nol.)
Di
bawah sistem nilai tukar tetap dikelola oleh suatu dewan mata uang setiap unit
mata uang lokal harus didukung oleh unit mata uang asing (mengoreksi nilai
tukar). Hal ini memastikan bahwa basis moneter lokal tidak akan mengembang
tanpa didukung oleh mata uang keras dan menghilangkan segala kekhawatiran
tentang berjalan di mata uang lokal dengan mereka yang ingin mengkonversi mata
uang lokal ke mata uang (jangkar) keras.
Dalam
dolarisasi , mata uang asing (biasanya dolar AS, maka istilah “dolarisasi”)
digunakan secara bebas sebagai media pertukaran, baik secara eksklusif atau
paralel dengan mata uang lokal. Hal ini dapat terjadi karena penduduk setempat
telah kehilangan iman semua dalam mata uang lokal, atau mungkin juga kebijakan
dari pemerintah (biasanya untuk mengendalikan inflasi dan impor kebijakan
moneter kredibel).
Kebijakan
ini sering turun tahta kebijakan moneter dengan otoritas moneter asing atau pemerintah
sebagai kebijakan moneter di negara mengelompokkan harus menyelaraskan dengan
kebijakan moneter dalam jangkar bangsa untuk mempertahankan nilai tukar.
Tingkat dimana kebijakan moneter lokal menjadi tergantung pada jangkar bangsa
tergantung pada faktor-faktor seperti mobilitas modal, keterbukaan, saluran
kredit dan faktor ekonomi lainnya.
Pengaturan
jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu :
i. Kebijakan Moneter Ekspansif /
Monetary Expansive Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah
uang yang beedar.
ii. Kebijakan Moneter Kontraktif /
Monetary Contractive Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi
jumlah uang yang beredar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money
policy).
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Kebijakan
moneter adalah kebijakan yang di lakukan dengan tujuan untuk mengelola isi
permintaan barang dan jasa, untuk mempertahankan produksi yang mendekati full
employment dan untuk mempertahankan tingkat harga barang dan jasa agar inflasi
dan deflasi tidak terjadi.
Bagi
negara yang sedang berkembang sebenarnya sulit untuk menyesuaikan antara
pendapatan negara yang sedang berkembang rendah sedangkan kebutuhan untuk
menyediakan barang dan jasa serta membelanjai pengeluaran yang lainya lebih
besar. Sedangkan kebijakan campuran adalah merupakan campuran daari dua
kebijakan diatas yang di lakukan dengan cara mengubah pengeluaran, pengenaan
pajak ataupun jumlah uang yang beredar secara bersama-sama.
Tujuan
dari kebijakan moneter adalah:
1. Menjaga stabilitas ekonomi
2. Menjaga kestabilan harga
3. Meningkatkan kesempatan kerja
4. Memperbaiki neraca perdagangan dan
pembayaran
Dalam
penggunaan kebijakan moneter, bank Indonesia menggunakan instrument-instument
sesuai dengan situasi dan kondisi perekonomian. Instrument tersebut yaitu:
1. Politik Diskonto (Discount Polisy)
2. Politik pasar terbuka (Open market
policy)
3. Kebijakan cadangan kas (Cash Ratio)
4. Kebijakan kredit selektif
Selain kebijakan diatas ada beberapa
kebijakan moneter yang dapat dilakukan pemerintah seperti Devaluasi dan sanering.
0 komentar:
Posting Komentar