Analisis Pengaruh Elastisitas Harga pada Kurva Supply & Demand Produk Sekunder


Berbicara tentang elastisitas sangat lebih dikenal dalam ilmu matematika & ilmu fisika. Namun seiring berkembangnya zaman, ilmu ekonomi pun menggunakan elastisitas untuk mengukur pengaruh berapa persen satu variabel akan berubah, bila satu variabel lain berubah satu persen?. Analisis ini disebut analisis sensitivitas atau elastisitas. Konsep elastisitas ini digunakan untuk meramalkan apa yang akan barang/jasa dinaikkan. Angka elastisitas (koefisien elastisitas) adalah bilangan yang menunjukkan berapa persen satu variabel tak bebas akan berubah, sebagai reaksi karena satu variabel lain (variabel bebas) berubah satu persen.
Pada analisis kali ini, kelompok kami akan membahas tentang pengaruh elastisitas harga terhadap pemintaan & penawaran produk sekunder. Sebelum kita membahas lebih jauh, kami akan menjelaskan mengenai Elastisitas Harga itu sendiri. Definisi Elastisitas Harga adalah elastisitas mengukur berapa persen permintaan terhadap suatu barang berubah bila harganya berubah sebesar satu persen. Berikut rumus Elastisitas Harga (Price Elasticity of Demand) :


Berikut macam-macam angka elastisitas harga :
1.      Inelastis (Ep < 1)
Perubahan permintaan (dalam persentase) lebih kecil daripada perubahaan harga. Kalau harga naik sebesar 10%, menyebabkan permintaan turun sebesar 5-6%. Artinya, walaupun harga naik sudah cukup besar, namun permintaan akan barang tersebut juga tidak berkurang terlalu banyak (tidak terlalu signifikan). Contoh barang yang memiliki permintaan inelastic adalah permintaan barang pokok seperti beras, minyak dll.

2.      Elastis (Ep > 1)
Permintaan terhadap suatu barang dikatakan elastis bila perubahan harga suatu barang menyebabkan perubahan permintaan yang besar. Misalnya,bila harga turun 10% menyebabkan naik 20% . karena itu nilai EP lebih besar dari satu. Barang mewah seperti mobil umumnya permintaannya elastis.
3.      Elastis Uniter (Ep = 1)
Adalah ini merupakan tingkat yang paling tinggi dari kemungkinan elastisitas, dimana respon yang paling besar dari jumlah barang yang diminta terhadap harga, artinya jika harga naik 10%, permintaan barang turun 10% juga.
4.      Inelastis Sempurna (Ep = 0)
Kebalikan dari Inelastis Sempurna, tingkat paling rendah dari elastisitas, dimana respon yang jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga adalah sangat kecil, artinya berapapun harga suatu barang, orang akan tetap membeli jumlah yang dibutuhkan.
5.      Elastisitas tak terhingga (Ep = )
Perubahan harga sedikit saja menyebabkan perubahan permintaan tak terbilang besarnya. Elastisitas semacam ini jarang terjadi pada kehidupan bisnis.
Setelah membahas secara detail, pada paragraph selanjutnya kita akan membahas tentang factor dari elastisitas harga yang berpengaruh terhadap permintaan barang sekunder :
1.      Tersedia atau tidaknya barang pengganti di pasar.
2.      Jumlah pengguna atau tingkat kebutuhan dari barang tersebut
3.      Proporsi kenaikan harga terhadap pendapatan konsumen
4.      Periode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga /periode waktu penggunaan barang tersebut.
Selanjutnya, setelah mengetahui factor dari elastisitas harga yang berpengaruh terhadap barang sekunder, kita akan membahas factor-faktor dari elastisitas harga yang berpengaruh terhadap penawaran barang sekunder :
1.      Jenis Produk
2.      Sifat Perubahan Biaya Produksi
3.      Jangka waktu

Kesimpulan tentang analisis diatas bahwa pengaruh elastisitas harga pada permintaan barang sekunder akan mengalami kurva yang elastis (Ep > 1) sebab orang akan tetap cenderung membeli karena barang tersebut biasanya merupakan bahan pelengkap atau cenderung hamper bisa disebut juga barang sekunder bagi sebagian orang, contohnya : televisi, motor, handphone dll. Sama halnya dengan permintaan, pengaruh elastisitas harga terhadap penawaran barang sekunder cenderung elastis, (Ep > 1). Hal ini terjadi disebabkan bahwa jika perusahaan ingin memasarkan produk sekunder mereka akan memilih mengeluarkan biaya tambahan untuk pemasaran yang tidak terlalu besar agar harga yang dilepas ke pasaran dapat bersaing dengan harga dari produk lain.

Sumber :
Buku Teori Ekonomi Mikro, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, http://dhanidhani.wordpress.com/2011/10/13/pendahuluan-perilaku-konsumen/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Analisis Pengaruh Elastisitas Harga pada Kurva Supply & Demand Produk Tersier


Pada analisis kali ini, kelompok kami akan membahas tentang pengaruh elastisitas harga terhadap pemintaan & penawaran produk tersier. Sebelum kita membahas lebih jauh, kami akan menjelaskan mengenai Elastisitas Harga itu sendiri. Definisi Elastisitas Harga adalah elastisitas mengukur berapa persen permintaan terhadap suatu barang berubah bila harganya berubah sebesar satu persen. Berikut rumus Elastisitas Harga (Price Elasticity of Demand) :


Berikut macam-macam angka elastisitas harga :
1.      Inelastis (Ep < 1)
Perubahan permintaan (dalam persentase) lebih kecil daripada perubahaan harga. Kalau harga naik sebesar 10%, menyebabkan permintaan turun sebesar 5-6%. Artinya, walaupun harga naik sudah cukup besar, namun permintaan akan barang tersebut juga tidak berkurang terlalu banyak (tidak terlalu signifikan). Contoh barang yang memiliki permintaan inelastic adalah permintaan barang pokok seperti beras, minyak dll.
2.      Elastis (Ep > 1)
Permintaan terhadap suatu barang dikatakan elastis bila perubahan harga suatu barang menyebabkan perubahan permintaan yang besar. Misalnya,bila harga turun 10% menyebabkan naik 20% . karena itu nilai EP lebih besar dari satu. Barang mewah seperti mobil umumnya permintaannya elastis.
3.      Elastis Uniter (Ep = 1)
Adalah ini merupakan tingkat yang paling tinggi dari kemungkinan elastisitas, dimana respon yang paling besar dari jumlah barang yang diminta terhadap harga, artinya jika harga naik 10%, permintaan barang turun 10% juga.
4.      Inelastis Sempurna (Ep = 0)
Kebalikan dari Inelastis Sempurna, tingkat paling rendah dari elastisitas, dimana respon yang jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga adalah sangat kecil, artinya berapapun harga suatu barang, orang akan tetap membeli jumlah yang dibutuhkan.
5.      Elastisitas tak terhingga (Ep = )
Perubahan harga sedikit saja menyebabkan perubahan permintaan tak terbilang besarnya.
Setelah membahas secara detail, pada paragraph selanjutnya kita akan membahas tentang factor dari elastisitas harga yang berpengaruh terhadap permintaan barang tersier :
1.      Tersedia atau tidaknya barang pengganti di pasar
2.      Jumlah pengguna atau tingkat kebutuhan dari barang tersebut
3.      Proporsi kenaikan harga terhadap pendapatan konsumen
4.      Periode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga /periode waktu penggunaan barang tersebut.
Selanjutnya, setelah mengetahui factor dari elastisitas harga yang berpengaruh terhadap barang sekunder, kita akan membahas factor-faktor dari elastisitas harga yang berpengaruh terhadap penawaran barang tersier :
1.      Jenis Produk
2.      Sifat Perubahan Biaya Produksi
3.      Jangka waktu

Kesimpulan tentang analisis diatas bahwa pengaruh elastisitas harga pada permintaan barang tersier akan mengalami kurva yang elastis (Ep > 1) sebab orang akan tetap cenderung membeli karena barang tersebut biasanya orang tersebut sudah memenuhi kebutuhan hidupnya seperti kebutuhan primer dan sekunder, sehingga dia akan membeli produk tersier sebagai pengalihan kekayaannya (investasi). Ada 2 motivasi seseorang membuat permintaan terhadap barang tersier, yaitu karena memang unuk keperluan pribadi, seperti mobil pribadi, serta yang kedua karena lingkungan social seseorang sehingga orang tersebut harus membeli barang tersier tersebut untuk menambah gengsi orang tersebut.
Berbeda halnya dengan permintaan, pengaruh elastisitas harga terhadap penawaran barang tersier cenderung Inelastis, (Ep < 1). Hal ini terjadi disebabkan produk tersier memiliki biaya pemasaran yang mahal dan biasanya peusahaan akan memasarkan produknya melalui televisi atau pertemuan secara ekslusif agar pembeli merasa bahwa produk tersebut sangat special sehingga pembeli yang notabene orang kaya akan tertarik untuk membeli produk tersier untuk menambah gensi seseorang.

Sumber :
Buku Teori Ekonomi Mikro, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, http://dhanidhani.wordpress.com/2011/10/13/pendahuluan-perilaku-konsumen/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ANALISIS PENGARUH PEMBATASAN SUBSIDI BBM TERHADAP M1 & M2 SERTA INCOME PERKAPITA


                Subsidi harga BBM (Bahan Bakar Minyak) dihitung sebagai selisih antara penjualan dalam negeri produk BBM dengan komponen biaya pokok pengadaan
BBM. Komponen biaya pokok tersebut, yaitu:
            (1) biaya pengadaan minyak mentah dan bahan baku lain,
            (2) biaya pembelian produk BBM,
            (3) biaya operasi pengadaan dan distribusi BBM,
            (4) biaya operasional, dan
            (5) faktor pengurang nilai produk BBM.

Sedangkan biaya operasional dibedakan ke dalam tujuh komponen, yaitu:
1.      biaya pengolahan dan fee,
2.      biaya angkutan laut,
3.      biaya distribusi dan fee,
4.      biaya overhead,
5.      bunga,
6.      depresiasi, dan
7.      perubahan persediaan.
Pada Maret 2013 Indonesia kembali mengeluarkan kebijakan yang tidak populer, yaitu akan menaikkan harga BBM premium dan solar. Keputusan ini diambil karena harga BBM internasional trendnya selalu naik. Akan tetapi, harga minyak Indonesia mencapai US$ 107,42 per barel. Ini berarti turun US$ 7,44 per barel dari US$ 114,86 pada bulan Februari 2013. Sedangkan harga tukar rupiah adalah Rp 9700/1 USD. Sebab besarnya subsidi harga BBM juga bergantung nilai tukar rupiah yang digunakan.
Beban anggaran subsidi harga BBM ini telah diputuskan oleh pemerintah untuk dikurangi secara bertahap. Beberapa alasan dapat dikemukakan. Pertama, dalam jangka pendek, subsidi harga BBM menimbulkan meluasnya gejala moral hazard. Ini antara lain ditunjukkan oleh praktek penyelundupan BBM ke luar negeri, mengalirnya BBM bersubsidi ke non-targeted consumers serta penggunaan BBM oleh industri dan masyarakat secara tidak efisien (over consumption). Kedua, dalam jangka panjang, subsidi harga BBM dapat mendorong berkembangnya industri dalam negeri yang rapuh dan vulnerable terhadap kenaikan harga BBM.
Kebijakan pengurangan anggaran subsidi harga BBM ini menimbulkan pandangan pro dan kontra dalam masyarakat. Bahkan dari kalangan anggota DPR dan BI. Sebab pengurangan subsidi BBM otomatis akan membuat harga BBM naik. Permasalahan yang dihawatirkan mayoritas kalangan akan terjadi sebagai dampak kenaikan harga BBM adalah:
1.      Tingkat kemiskinan Negara Indonesia akan meningkat, karena apabila pemerintah memang benar – benar memberlakukan kebijakan tersebut dapat di pastikan akan lebih banyak angkatan kerja yang kehilangan pekerjaan ( PHK ) dan makin banyak pengangguran di Indonesia.
2.      Harga bahan pokok seperti beras, gula, cabe, garam, dan lain – lain akan naik drastis.
3.      Tingkat Kriminalitas bertambah, di karenakan masyarakat kecil yang terdesak dan bingung bagaimana cara mereka memperoleh makanan sedangkan harga makanan naik, lalu mereka akan melakukan tindakan kriminal.
4.      Akan terjadi banyak kerusuhan, dapat di pastikan kembali semua golongan akan menolak kebijakan pemerintah ini. Maka golongan – golongan tersebut seperti mahasiswa ormas – ormas masa, serikat – serikat rakyat akan mengadakan demo agar aspirasi mereka untuk masalah bbm ini dapat di perbaiki. Aksi demonstrasi ini terkadang disusupi pula oleh kepentingan politik tertentu.

Permasalahan lainnya, kenaikan BBM ini akan menyebabkan uang yang beredar di masyarakat menjadi semakin banyak. Karena walaupun harga nya yang melambung tinggi, namun masyarakat akan tetap membelinya sebab BBM merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Meningkatnya peredaran uang di masyarakat, biasanya menyebabkan inflasi yang tinggi. Inflasi ini lah penyebab tingkat kemiskinan semakin tinggi.

Jenis-Jenis Uang Beredar di Indonesia terdiri dari DUA macam :
1.      Uang beredar dalam arti sempit (M1) yaitu kewajiban sistem moneter (bank sentral dan bank umum) terhadap sektor swasta domestik (penduduk) meliputi uang kartal (C) dan uang giral (D).
2.      Uang beredar dalam arti luas (M2) disebut juga Likuiditas Perekonomian yaitu kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik meliputi M1 ditambah uang kuasi (T). Uang kuasi contohnya cek, giro, dll.

Disini, dampak kenaikan BBM mempengaruhi uang beredar dalam arti sempit maupun arti luas. Semakin banyak M1 beredar, maka M2 juga mengalami hal yang sama. Namun kenaikan peredaran uang ini tidak sejalan dengan naiknya pendapatan perkapita masyarakat. Karena pendapatan masyarakat yang mayoritas tetap, sedangkan harga kebutuhan semakin tinggi, membuat masyarakat tidak bisa menambah anggaran untuk saving maupun investasi.
Lebih buruk lagi, inflasi yang telah dijelaskan tadi, membuat perusahaan/investor mengalami kerugian sehingga harus mengurangi karyawan (pekerja)nya. PHK dimana-mana membuat tingkat kemiskinan semakin tinggi.
Apabila masyarakat tidak memiliki pekerjaan/penghasilan, maka bagaimana mereka akan memenuhi kebutuhannya? Hal ini dapat memicu meningkatnya kriminalitas, dan kesejahteraan masyarakat semakin rendah.
Oleh sebab itulah, kebijakan pengurangan subsidi BBM ini menjadi keputusan yang sangat alot untuk didiskusikan. Banyak pertimbangan yang membuat pemerintah sulit untuk memutuskan apakah harus mengurangi subsidi BBM atau tidak. Sebab dari keputusan ini banyak dampak beruntun yang akan terjadi. Sekalipun disetujui, pembatasan anggaran ini akan dilakukan bertahap, untuk mengurangi resikonya.

Berikut gambaran mengenai Pengaruh Pembatasan/Pengurangan Subsidi BBM terhadap M1 & M2 serta Pendapatan Perkapita:


SUMBER:

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Analisis Pengaruh Kenaikan Harga Emas terhadap Inflasi


Berdasarkan data dari Poverty Brief oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia Bulan September 2013, dengan Idul Fitri jatuh di awal bulan, dampak kenaikan BBM pada bulan Juli, dan depresiasi Rupiah, tidak mengherankan tingkat inflasi tetap tinggi pada Agustus sebesar 1,1%, meskipun jauh lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi Juli 3,2%. Kontributor utama inflasi Agustus menggambarkan perkiraan tekanan harga: harga bahan makanan lebih tinggi (dampak Ramadan dan Idul Fitri), kenaikan harga emas (dampak imported inflation), dan kenaikan harga transportasi (dampak harga BBM naik). Kenaikan musiman biaya sekolah juga berkontribusi pada inflasi Agustus. Diperkirakan tekanan penurunan harga bahan makanan bulan September, mewakili sisi lain peningkatan musiman harga makanan selama Ramadan. Pada saat yang sama, penyesuaian terhadap kenaikan harga BBM seharusnya telah selesai, menghilangkan sedikit tekanan terhadap inflasi.


Namun nyatanya pada bulan September 2013 lalu, nilai tukar rupiah sempat melemah terhadap Dollar Amerika. Dan hal ini ternyata berpengaruh pada beberapa harga barang komoditi diantaranya emas.  Emas yang semula dijual seharga Rp. 450 ribu per gram, mengalami kenaikan Rp25 ribu per gramnya. Jika sebelumnya harga emas dijual Rp. 450 ribu per gram, pada saat itu naik menjadi Rp. 475 ribu per gramnya. Dampak kenaikan harga emas juga mengakibatkan menurunnya omset penjualan pada pedagang emas. Tak hanya itu, kenaikan harga emas juga menyebabkan inflasi di dalam negeri. Lalu apakah hubungan kenaikan harga emas dan inflasi? Sebelumnya mari kita pelajari apa yang menyebabkan harga emas terus naik dan diminati banyak investor. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi harga emas, dikutip dari belajarinvestasi.com :
Pertama, Kenaikan Inflasi Melebihi Yang Diperkirakan
Setiap Negara dalam menentukan kebijakan ekonomi biasanya akan melihat tingkat inflasi. Prediksi berapa persen kah kira-kira inflasi di Negara tersebut akan menjadi acuan dalam penetapan tingkat suku bunga dan lain-lain. Nah jika prediksi tingkat inflasi itu meleset dan malah melibihi yang diperkirakan biasanya harga emas akan melonjak tinggi.

Kedua, Terjadi Kepanikan Finansial
Saat terjadi kepanikan finansial seperti saat krisis moneter tahun 1998 dan juga tahun 2008, maka harga emas akan meroket tidak terkendali. Hal ini terjadi karena masyarakat enggan memegang uang kertas dan lebih memilih menyimpan kekayaanya dalam bentuk emas.

Ketiga, Harga Minyak Naik Secara Signifikan
Harga emas, akan ikut naik jika harga minyak mentah dunia mengalami lonjakan signifikan meski dampaknya sendiri tidak terjadi seketika. Seperti saat terjadi invasi AS ke Irak di mana Irak adalah salah satu produsen minyak terbesar di dunia. Akibat invasi itu harga minyak melonjak tajam yang kemudian diikuti oleh naiknya harga emas. Begitupun yang terjadi saat ini, dimana Negara sekutu yang dipimpin AS menyerang Libya. Harga minyak mentah kembali naik dan menembus rekor baru. Akibatnya harga emaspun terangkat naik.

Keempat, Demand Terhadap Emas
Sesuai hukum supply demand, naiknya permintaan emas dunia yang tidak diikuti oleh naiknya pasokan emas mengakibatkan harganya akan naik terus. Cina dan India adalah dua Negara yang paling besar menghabiskan uangnya untuk membeli emas.

Kelima, Kondisi Politik Dunia
Ketegangan politik dunia, misalnya AS dengan Iran, AS dengan Timur Tengah atau ketegangan lain yang membuat suhu politik dunia meninggi dan mengakibatkan ketidakpastian ekonomi  membuat harga emas naik. Para pelaku pasar akan menarik investasinya di bursa saham, valas atau obligasi dan lebih memilih investasi yang aman yakni emas. Sehingga permintaan terhadap emas pun naik.
Dari poin-poin diatas dapat diketahui bahwa faktor terpenting yang mengatur harga emas adalah nilai US Dollar. Dikutip dari hargaemas48.wordpress.com , Dolar AS yang lebih kuat akan menjaga harga emas terkendali dan rendah. Pelemahan dolar akan mempengaruhi harga emas untuk melambung tinggi. Ekonomi AS memainkan peran penting dalam membentuk makroekonomi dunia. Ketika dolar yang kuat, orang akan berinvestasi dan membeli dalam dolar. Namun, belakangan ini ekonomi AS banyak menderita karena terjadinya krisis dunia. Dolar mulai goyah dan tidak bisa menjanjikan kestabilannya, ini adalah alasan mengapa orang dan banyak negara mulai penimbunan emas besar-besaran. Cadangan emas yang tinggi akan memperkuat perekonomian nasional dan bertindak sebagai perlindungan nilai terhadap inflasi.
Merujuk alasan tersebut, banyak yang tidak menyadari permintaan yan berlebihan terhadap emas juga akan memberikan dampak yang sama, inflasi. Ketika banyak permintaan akan emas melonjak maka peredaran uang di pasar juga akan meningkat. Inilah yang memulai indikasi inflasi tersebut. Namun tentunya kenaikan harga emas adalah hal yang tidak bisa dihindari. Karena meningkatnya biaya produksi di pertambangan emas, memburuknya situasi politik, peningkatan tajam harga minyak paska perang Irak, penurunan dalam produksi pertambangan emas dalam catatan 5 tahun terakhir ini dan populasi penduduk dunia yang terus meningkat, sehingga mempengaruhi keinginan alami manusia untuk menimbun emas guna mengamankan aset kekayaan yang mereka miliki, semakin mempengaruhi kenaikan harga emas dari masa ke masa.

 Sumber Referensi :


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS